14 November 2012

Cianjur Raih Penghargaan dari UNESCO


Cianjur Raih Penghargaan dari UNESCO sebagai Pengembang Angklung





Kabupaten Cianjur bersama Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung, dan Kota Bogor mendapatkan penghargaan dari United Nation Educational Scientific and Cultural (UNESCO) karena dinilai berhasil dalam mengembangkan angklung sebagai kesenian khas Jawa Barat. Penghargaan ini diberikan Unesco melalui Kementerian Kesejahteraan Rakyat di Jakarta, pada Senin (12/12/2011).Angklung sendiri telah diakui PBB melalui UNESCO pada 18 November 2010 sebagai warisan budaya dunia asli milik Indonesia menyusul batik, wayang, dan keris.
Angklung merupakan instrumen musik tradisional Sunda yang terbuat dari bambu dan hasil pengembangan dari instrumen Calung. Awalnya angklung hanya bernada pentatonis (da mi na ti la). Dibutuhkan puluhan orang untuk memainkan angklung agar terdengar harmonis. Kini dengan teknik tertentu bisa dimainkan oleh beberapa orang saja. Adalah Daeng Soetigna pada tahun 1938 berhasil memodifikasi suara angklung menjadi diatonis (do re me fa so la ti).
Kabupaten Cianjur dikenal sebagai wilayah pengembangan kesenian angklung terutama di wilayah Kecamatan Cipanas, Pacet, Ciranjang, dan Mande. Pengembangan kesenian angklung sendiri telah dilaksanakan di sekolah-sekolah di Cianjur.  Para pelaku kesenian angklung dari Cianjur kerap diundang dalam berbagai even nasional yang diselenggarakan di wilayah Cipanas, termasuk pernah bermain diIstana Cipanas.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab. Cianjur, Himam Haris melalui Kepala Bidang Budaya dan Pariwisata, Anto Susilo mengaku sempat kaget saat mendapatkan kabar pemberitahuan mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai daerah pengembang heritage budaya di Jawa Barat bersama tiga kabupaten/kota lainnya.
“Semestinya penghargaan itu diterima pada tahun 2010, tapi baru diserahkan pada 2011. Kita tidak tahu persis alasan mendasar penghargaan itu diberikan kepada Cianjur. Mungkin saja selama ini kita sering mendatangkan bantuan teknis untuk pelatihan dari Saung Ujo, kita direkomendasikan kepada UNESCO,” kata Anto.
Dengan diterimanya penghargaan dari UNESCO ini, menjadi motivasi tersendiri bagi Kabupaten Cianjur untuk mengembangkan kesenian angklung. Tidak hanya di kalangan pelajar, tapi juga masyarakat secara luas.
Sementara itu, sebagai tujuan wisata, Cianjur memang tidak seramai saat sebelum beroperasinya Tol Cipulatang yang menghubungkan Jakarta dan Bandung. Padahal, daerah penghasil beras berkualitas ini memiliki beragam tempat menarik untuk dikunjungi, seperti Situs Gunung Padang yang sangat berharga, Gunung Gede (2.958 meter) untuk pendakian dan berkemah, Pantai Jayanti yang masih alami, Danau Leuwi Soro dan Curug Citambur yang sejuk dan indah panoramanya.
Situs Gunung Padang sendiri kini terus dibenahi yang berada di Kampung Panggulan, Desa Karyamukti Kecamatan Campaka. Situs ini merupakan situs megalitik berbentuk punden berundak yang terbesar di Asia Tenggara. Bangunannya terdiri dari lima teras dengan ukuran berbeda-beda. Diperkirakan dari usia reruntuhannya, bangunan ini lebih tua dari Mancu Pichu di Peru dan sezaman dengan Piramida pertama di Mesir.
Sumber:
www.inilah.com, www.klikgalamedia.com,
Indonesia.travel

Tidak ada komentar: